» 07 Oktober 2019
» 23 Januari 2019
» 22 Januari 2019
» 22 Februari 2021
» 10 Februari 2021
» 11 Januari 2021
Sebanyak 600 dosen dan tenaga pendidik di Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Yogyakarta (UPNVY) mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan bela negara lanjutan di Kompleks AAU, Minggu (20/10/2019). Kegiatan yang bertujuan untuk menyegarkan kembali soal sikap bela negara ini juga bertujuan untuk menunjukkan tidak adanya pembeda antara dosen dan tenaga pendidik.
Kegiatan ini terbagi menjadi 4 kelompok besar yaitu rappling dan turun tebing, psikologi lapangan, fession (dinamika kelompok), dan main body soal. Ratusan dosen dan tenaga pendidik di UPNVY pun antusias mengikuti kegiatan rutin ini.
"Selain ke mahasiswa, kita kan juga ada dosen dan tendik (tenaga pendidik). Rangkaian ke dosen dan tendik ini dimulai ketika masuk, kita tanya komitmennya pada nilai-nilai keindonesiaan, nilai-nilai bela negara," kata Rektor Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Yogyakarta (UPNVY), Mohamad Irhas Effendi, di sela kegiatan, Minggu (20/10/2019).
Ada sejumlah poin yang ditekankan dalam pelatihan bela negara ini diantaranya, problem solving, social skills, kerja sama, komunikasi, toleransi, saling memahami, serta kemampuan untuk saling mengisi.
"Pelatihan ini juga disisipkan soal kebersamaan, sehingga mampu merekatkan hubungan antara bapak dan ibu di UPN 'Veteran' Yogyakarta," kata Kasi PPM AAU, Mayor sus Abdul Rozak.
Menurutnya, pelatihan bela negara ini tidak hanya sekadar menyegarkan kembali soal sikap bela negara, tetapi juga menginternalisasi sikap bela negara dalam kehidupan sehari-hari. Di era revolusi industri 4.0 ini, bela negara menjadi salah satu hal yang penting untuk dimiliki masyarakat.
Di era revolusi industri 4.0 dan globalisasi, sikap bela negara perlu dikuatkan dengan kemampuan seseorang untuk mengatasi permasalahan yang kompleks. Lebih lanjut, sekarang ini banyak masalah dan tantangan yang kompleks dan ambigu.
"Untuk itu kita harus siap menjadi complex problem solver. Setelah itu harus mampu bekerjasama, berkomunikasi, serta kemampuan fisik yang baik," ujar Irhas.
Di era revolusi industri 4.0 ini, tak sedikit masyarakat yang memiliki sikap individualisme yang tinggi. Di masa kemerdekaan, masyarakat bersatupadu untuk mendapatkan kemerdekaan untuk Indonesia. Namun, hal tersebut sudah tidak muncul lagi sekarang ini.
"Dengan suasana sekarang ini, dengan dinamika kehidupan saat ini, (sikap itu) mulai terkikis. Aku dapat apa? Kamu mau apa, sekarang aku dapat apa? Kalau itu semua seperti itu, gimana kepada negara?," ujar Bambang Wicaksono, Kepala Pusat Bela Negara UPNVY.
Ia pun memberikan ilustrasi bahwa bela negara seperti anak kecil, yang perlu dirawat dan dijaga. Ia tidak menutup mata, sekarang ini banyak pengaruh-pengaruh yang mampu menggoyahkan sikap bela negara seseorang.
Menurutnya, penting halnya untuk mengukuhkan dan mempertahankan sikap bela negara yang ada pada diri masyarakat Indonesia. Dengan terus menanamkan sikap bela negara, maka masyarakat semakin disadarkan siapa dirinya dan di negara mana ia tinggal.
Salah seorang peserta pelatihan bela negara UPNVY mengatakan bahwa pelatihan ini memberikan kesan tersendiri bagi para dosen dan tenaga pendidik di UPNVY.
"Pelatihan ini merupakan suatu program dari UPNVY untuk menyiapkan kader bela negara secara fisik," kata Singgih Saptono, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UPNVY. (adv)