» 07 Oktober 2019
» 23 Januari 2019
» 22 Januari 2019
» 22 Februari 2021
» 10 Februari 2021
» 11 Januari 2021
Yogyakarta, 21 April 2020 – Dalam rangka memperingati Hari Kartini, Pusat Studi Wanita UPN “Veteran” Yogyakarta (UPNVYK) bekerjasama dengan Asosiasi Penerbit Jurnal Ilmu Komunikasi Indonesia (APJIKI) menggelar seminar daring bertajuk Tangguh Bencana COVID-19 melalui Keluarga di media komunikasi Zoom pada Selasa (21/4) siang.
Kegiatan yang terselenggara di tengah maraknya wabah COVID-19 ini dihadiri hingga 113 peserta berasal dari berbagai kota di Indonesia, yaitu Bali, Malang, Surabaya, Jakarta, Bandung, Meda, Yogyakarta dan bahkan dari Malaysia. Tiga narasumber yakni Ketua pusat Studi Wanita UPNVYK, Dr. Puji Lestari, Ketua 2 APJIKI dari Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) (UPDMB), Prof. Rajab Ritonga, serta Pengurus APJIKI dari Universitas Diponegoro (UNDIP), Dr. Lintang Ratri Rahmiaji.
Dalam diskusinya, Puji menegaskan pentingnya komunikasi keluarga dalam rangka menghadapi bencana, terutama dalam menjalankan rutinitas Kerja dari Rumah atau Work From Home (WFH) dan Sekolah dari Rumah atau School From Home (SFH). “Komunikasi keluarga sangat penting sebab keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak-anak,” kata Puji dalam pemaparannya.
Puji juga menggagas konsep komunikasi hati ke hati yang dapat menjadi alternatif keluarga mengisi rutinitas semasa pandemik COVID-19. “Dengan konsep hati ke hati, keluarga akan saling menguatkan, membantu, dan mengerti satu sama lain, serta meningkatkan simpati dan empati, serta meredam emosi,” katanya lagi.
Senada dengan Puji, Ketua 2 APJIKI dari UPDMB, Prof. Rajab Ritonga menyebutkan keluarga merupakan garda terdepan dalam masa pandemik COVID-19, terutama dalam ketahanan perekonomian keluarga. Menuruntya, saat ini tingkat perekonomian beragam, sehingga ketahanan keluarga prasejahtera menjadi tantangan.
“(Saat ini) Ingin tinggal di rumah, tetapi penghasilan tidak memadai, mau keluar juga terancama COVID-19,” kata Rajab. Oleh karena itu, Rajab menegaskan kembali keluarga menjadi unit terpenting. Dia juga menyarankan keluarga untuk menata ulang kembali keuangannya, termasuk juga bagi keluarga kelas menengah sehingga tetap tangguh di masa pandemik COVID-19.
Berdamai dengan Stres
Dalam kesempatan yang sama, Pengurus APJIKI dari Universitas Diponergoro, Dr. Lintang Ratri Rahmiaji turut berbagi cara menghadapi stres semasa pandemik berlangsung. Menurut pengamatannya, Lintang menyebutkan sejumlah orang kini mulai mengeluhkan kejenuhannya dan menunjukkan gejala-gejala psikomatis akibat terlalu lama menjalani rutinitas WFH dan tekanan atas pemberitaan seputar COVID-19.
“Banyak hal yang membuat stres dan jenuh misalnya biasanya karena mulai cemas ketika membaca berita Corona, pembagian tugas rumah dengan suami atau istri, banyaknya tugas sekolah anak dan tidak semua orangtua memiliki kompetensi cukup menjadi guru, juga masalah lainnya yang bisa saja terjadi di rumah,” kata Lintang.
Oleh karena itu, lanjut Lintang, perlu adanya manajemen stres yang baik melalui pengurangan konsumsi media sosial, terutama dilakukan di lingkungan keluarga. “Mengurangi penggunaan media sosial atau diet media menjadi penting, dan kini orang-orang banyak yang beralih ke artikel-artikel kesehatan dan olahraga,” katanya lagi.
Lintang juga membagi hasil riset yang dilakukannya terhadap 30 informan. Dia menemukan penggunaan media Zoom, Netflix, dan media hiburan lainnya meningkat drastis ketika masa WFH. Hal ini menurut Lintang wajar, sebab media tersebut menjadi alternatif mengurangi efek stres dan jenuh. Tidak hanya itu, informan menjadi lebih sering melakukan hobi baru misalnya berkebun, memasak, dan berolahraga di rumah.
Adapun hal yang menarik menurut Lintang menginjak minggu ke-6 WFH adalah berkurangnya pembicaraan mengenai COVID-19 di media sosial teman-teman sekelilingnya dalam kurun waktu seminggu belakangan dan beralih pembahasan ke hobi-hobi yang lebih menarik.
Seminar ditutup dengan pemberian hadiah bagi peserta seminar dengan pertanyaan terbaik. Adapun narasumber berharap keluarga dapat bertahan di tengah tak menentunya akhir pandemik COVID-19 ini, tentunya melalui komunikasi yang baik dalam keluarga.