» 07 Oktober 2019
» 23 Januari 2019
» 22 Januari 2019
» 22 Februari 2021
» 10 Februari 2021
» 11 Januari 2021
Sleman- Indonesia masih menghadapi peristiwa multibencana sejak awal tahun 2021. Mulai dari bencana banjir di Kalimantan Selatan, gempa bumi di Sulawesi Barat, hingga bencana tanah longsor di sejumlah daerah di Pulau Jawa (Kabupaten Nganjuk di provinsi Jawa Timur, Kabupaten Garut dan Majalengka di provinsi Jawa Barat). Intensitas hujan yang tinggi akibat adanya fenomena siklus angin La Nina dilihat sebagai pemicu utama peristiwa bencana tanah longsor. Eko Teguh Paripurno, Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNVY), menguatkan dugaan penyebab longsor berasal dari hujan melalui wawancara yang disiarkan stasiun TV “TV One” pada tanggal 16 Februari 2021.
Eko Teguh Paripurno selaku Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) menjelaskan bahwa penyebab tanah longsor dapat diklasifikasikan menjadi dua. Yang pertama, yaitu faktor kontrol, yaitu faktor yang statis dan tidak berbahaya selagi tidak dipengaruhi oleh faktor pemicu. Yang termasuk sebagai faktor kontrol yaitu situasi tanah batuan, geologi sekitar, dan tata ruang. Sementara faktor kedua yaitu faktor pemicu, yang merupakan pendorong dan penambah beban dari faktor kontrol. Yang termasuk sebagai faktor pemicu yaitu intensitas hujan yang tinggi dan getaran yang disebabkan oleh gempa, penambahan rumah, dan kendaraan. Pada prinsipnya tanah sebagai faktor kontrol sudah jenuh, sehingga yang mulanya stabil menjadi tidak stabil dan kritis/longsor karena ditambah faktor pemicu yaitu intensitas hujan yang tinggi menambah kejenuhan dari tanah di area longsor tersebut. Pada hakikatnya, setiap bahaya selalu memunculkan tanda-tanda. Pada bencana tanah longsor bisa dilihat dari munculnya mata air-mata air baru dan rembesan baru di sekitar lereng sebagai implikasi dari penjenuhan air.
“Saya bukannya meragukan kapasitas dari penduduk sekitar bencana tanah longsor. Penduduk sekitar pasti dapat mengenali pertanda-pertanda alam yang tiba-tiba muncul di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Namun, penduduk selalu berekspektasi, “semoga tidak terjadi apa-apa” alih-alih melakukan tindakan preventif akan bencana. Hal inilah yang perlu ditekankan bahwa bencana selalu datang secara tiba-tiba. Penting halnya bagi masyarakat untuk selalu waspada karena tinggal di daerah yang pada mulanya sudah berpotensi bencana tanah longsor karena dilihat dari faktor kontrol” ujar Eko Teguh Paripurno./Humas