» 07 Oktober 2019
» 23 Januari 2019
» 22 Januari 2019
» 22 Februari 2021
» 10 Februari 2021
» 11 Januari 2021
Dewasa ini, kebutuhan energi terus meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di sektor transportasi dan industri. Ketergantungan dunia pada sumber energi fosil masih sangat tinggi dan cadangan energi semakin menipis merupakan permasalahan global yang harus segera di antisipasi. Salah satu alternatif usaha yang dapat ditempuh dalam rangka memenuhi kebutuhan energi adalah dengan mengembangkan sumber energi yang terbaharukan seperti bioenergi yang berasal dari biomassa tanaman. Atas dasar pertimbangan hal tersebut maka Asia-Pasific Economic Coorporation (APEC) bekerjasama dengan Badan Tenaga Atom Nasional Jakarta dan didukung oleh UPN “Veteran” Yogyakarta menyelenggarakan “APEC Training Course on Development of Bioenergy Crops as Renewable Energy Sources for APEC Economies (PPSTI 07 2013A)”, pada tanggal 12-16 Oktober 2015 di Royal Ambarrukmo Hotel, Yogyakarta, Indonesia. Hadir dalam acara ini, delegasi dari beberapa negara Asia-Pasifik seperti Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Vietnam, China dan Korea.
Acara tersebut dibuka Dr Hendig Winarno Kepala Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Beberapa pembicara yang memberikan materi adalah Mr. Hendig Winarno, Prof. Soeranto Human, Prof. Arief Budiman, Dr. Taryono dan Dr. Mohammad Nurcholis. Materi yang disampaikan terkait dengan pengembangan varietas tanaman penghasil biomassa melalu mutasi, manajemen biomassa dan teknologi produksi bioenergi serta pengembangan dan peningkatan produksi biomassa tanaman sumber bioenergi di lahan marginal.
Dalam kesempatan acara training tersebut, Dr. M. Nurchlolis dari Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Yogyakarta, menyampaikan materi yang berjudul “Technology for soil Improvement and conservation of bioenergy crops as renewable energy sources”. Dalam materi tersebut dipaparkan bahwa potensi lahan marginal masih sangat luas namun pemanfaatannya masih sangat terbatas karena tingkat kesuburan yang rendah. Pengembangan tanaman penghasil biomassa untuk produksi bioenergi memerlukan input dan teknologi untuk mendukung pertumbuhan tanaman di lahan marginal. Oleh karena ini merupakan salah satu peluang yang cukup besar untuk mendukung bioenergi.