Sentra Batik Bantul Produksi Sendiri Bahan Warna Alam:: dipost pada 09 September 2017 BANTUL, KRJOGJA.com - Permintaan pasar batik asal Bantul di luar negeri cenderung menginginkan produk batik yang ramah lingkungan dengan warna alami. Namun masih banyak perajin batik (pembatik) di Bantul yang lebih gemar menggunakan warna sintetis, dengan alasan bahan mudah didapat dan warnanya lebih mencolok.
Karena itu perlu diberikan edukasi tentang efek negatif penggunaan warna sintetis, disertai penyediaan bahan warna alami yang berkelanjutan. Dosen multidisiplin dari UPN 'Veteran' Yogyakarta melakukan program pengabdian kepada masyarakat, dengan tujuan mendorong kontinuitas pasokan bahan baku warna alam di tingkat hulu.
Kegiatan yang medapat dukungan Dikti melalui Program Iptek bagi Desa Mitra (IbDM), difokuskan pada upaya penguatan integrasi hulu-hilir sentra batik tulis warna alam di Bantul, terdiri Desa Triharjo Pandak, Desa Wukirsari Imogiri dan Trimulyo Jetis.
Ketua Pemberdayaan Skim IbDM UPN Veteran Yogyakarta Titik Kusmantini SE mengatakan, dalam RPJMDes, Desa Triharjo mencanangkan sebagai desa wisata berbasis agrotech yang didukung program inkubasi bisnis produsen pasta pewarna alam dari tumbuhan indigofera. "Pelatihan kelompok tani dan pembatik desa tersebut akan mendorong kemandirian pasokan bahan baku warna alam khususnya warna indigo (warna biru) sehingga prospek desa sebagai sentra batik tulis warna alam semakin meningkat," terang Titik kepada KRjogja.com, Jumat (8/9/2017).
Dijelaskan Titik, melalui program pengabadian ini diharapkan sentra batik di Bantul mampu menghasilkan satu produk pasta warna alam yang bermerek Bantul dan strategi komersialisasi yang efektif. Selain didukung kerja sama Bappeda dan dinas terkait, susunan tim pengabdi berbagai multidiplin ilmu akan menghasilkan luaran kegiatan yang benar-benar nyata.
Kepakaran teknik budidaya tanaman indigofera dilakukan oleh Ir Darban Haryano MP dan kegitan ekstraksi pewarna alami indigo dilakukan oleh pakar dari dosen Jurusan Teknik Kimia UPN Veteran yaitu Dr Mahreni dan Renung ST MT. (Dev)