DETAIL INFORMASI
Memahamkan Pancasila Lewat Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di UPN Yogyakarta :: dipost pada 26 Februari 2018
smile

NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta – Fenomena kebangsaan masih dilanda krisis identitas, bahkan bahu pemuda yang diharapkan mampu mengemban beban tersebut dan membendungnya malah semakin terperosok ke dalam dinamika simulasi sektarian. Semangat berbangsa dan bernegara sesuai landasan pancasila masih hanya sebatas wacana tanpa implementasi riil yang hal itu menjadikan keprihatinan pada kerukunan masyarakat Indonesia yang majemuk.

Dalam merespon fenomena tersebut gerakan anak muda (baca: mahasiswa) UPN “Veteran” Yogyakarta pada acara Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan dengan tema “Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Kepada Pemuda”, Jumat (23/02/2017), berharap mampu menjawab segala bentuk tantangan kebangsaan dan kesejatian pancasila sebagai dasar Negara.

Impian kesejahteraan dan keamanan sebuah bangsa adalah cita-cita paling luhur yang didengungkan oleh setiap masyarakat Indonesia, namun adanya pergeseran intraksi paham, perbedaan ras, dan keyakinan, cinta-cita tersebut malah menjadi hak milik perindividu yang terkadang penuh arogansi dalam menyikapi fenomena kebangsaan dan tatanan negara Indonesia.

Menurut Ir. Lestanta Budiman M.Hum, selaku pembicara pada dialog tersebut menyampaikan kesederhanaan memahami kesatuan dan kerukunan berbangsa. “Pancasila memiliki posisi strategis dalam memahami kebhinnekaan bangsa ini, setiap butirnya menandai kebersamaan dan kerukunan, tidak ada istilah sektarian atau perorangan dalam menikmati teduh-sejahteranya bumi Indonesia,” kata Lestanta.

Tentu, lanjutnya, pancasila dalam konteks pemuda bukan hanya sebagai kewajiban hafal menghafal dari butir satu sampai lima, melebihi itu, dengan mampu memahami makna dan maksud butir-butir pancasila dalam mensinergikan pada kerukunan masyarakat Indonesia.

“Butir-butir pancasila akan terealisasi menjadi nilai-nilai berbangsa dan bernegara apabila masyarakat, terkhusus anak mudanya mampu mengkontekstualisasikan pancasila dalam kehidupan sehari-hari” tambahnya.

Lastantan menilai, pragmatisme dan tawaran material lainnya yang dihadapi anak muda lewat intraksi sosial politik dengan lingkungannya akan membentuk mental yang berbeda-beda dan cendrung egosentris-sektararian, maka untuk membendung hal itu anak muda Indonesia meski pintar-pintar merawat kecerdasannya dan memilah sikap yang sesuai dengan landasan Negara.

“Dalam menghadapi gempuran pragmatisme dan hal-hal yang berbau materil, anak muda sekarang harus pintar-pintar melihat dirinya. Apakah anak muda siap memulai hidup yang baik dan bijaksana? Apakah anak muda indonesia siap untuk menjaga keutuhan bangsa dan Negara? Apakah anak muda sekarang siap mengamalkan butir-butir pancasila? Dengan seperti itu kalau kita memulai dari kesadaran diri sendiri segala problem kebangsaan kita akan mudah diatasi dan segara mencapai cita-cita kemerdekaan yang sebenarnya,” pungkas Lastanta. (AN)

Editor: Achmad S.