» 07 Oktober 2019
» 23 Januari 2019
» 22 Januari 2019
» 22 Februari 2021
» 10 Februari 2021
» 11 Januari 2021
SLEMAN – Kini ada teknik baru membuat motif pada kain selain membatik yakni dengan ecoprint. Ecoprint adalah teknik memberi pola pada bahan atau kain menggunakan bahan alami yaitu daun atau bunga.
Di Yogyakarta sendiri perajin ecoprint sudah mulai bermunculan, salah satunya Retno Winarti. Alumi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN “Veteran” Yogyakarta ini sudah menggeluti usaha tersebut selama tiga tahun terakhir. Pada mulanya ia merupakan perajin kain shibori, kain dengan teknik pelipatan dan pencelupan khas Jepang.
Setelah mengikuti pelatihan ia memutuskan untuk menekuni ecoprint. Berkat ketekunanya kini usahanya sudah menjadi salah satu anggota UMKM di provinsi dan aktif ikut di beberapa pameran.
“Kain ecoprint saat ini memang sedang terkenal. Peminatnya cukup banyak.” Kata Retno.
Ada beberapa teknik yang digunakan Retno untuk menghasilkan motif ecoprint. Di antaranya yakni pounding (dipukul) dan steaming (dikukus). Untuk pounding, daun yang telah dikumpulkan lantas dipukul-dipukul di atas lembaran kain putih. Daun itu nantinya akan mengeluarkan warna alami. Lakukan pounding sampai warna yang tercetak di atas kain cukup jelas. Bahkan hingga tampak tulang-tulang daunnya.
Kain yang selesai dipukul-pukul, lalu didiamkan beberapa saat kemudaia ke proses selanjutnya yaitu teknik steaming (kukus).
beberapa malam. Tujuannya, agar warna daun kering dan melekat pada kain. Setelah itu, kain dibilas, atau menurut Indah istilahnya dinamakan fiksasi.
Proses steaming yaitu mengukus kain di dalam panci. Kain tersebut dilipat atau digulung dengan rapi. Dilakukan selama beberapa jam. Usai dikukus, kain lalu direndam air tawas ataupun tunjungan (fiksasi). Proses fiksasi tersebut yakni dengan cara membilas kain. Entah dengan air cuka, air tawas, air kapur, air tunjung. Tujuannya yaitu agar warna daun tidak luntur saat dicuci.
“Biasanya saya pakai air tawas atau tunjung. Kalau air tawas untuk warna agak terang. Air tunjung untuk warna agak gelap,” tutur ibu dua anak tersebut.
Hasil yang diberikan dari proses ecoprint sangat menarik. Sebab, warna dan motif yang dihasilkan pada tiap-tiap kain berbeda sehingg kain ecoprint unik dan eksklusif. Selain itu produknya ramah lingkungan karena bahannya dari alam.
Hal inilah yang mendasari kegiatan penelitian kelembagaan dua dosen Fakultas Ekonomi UPNVY, Dr. Noto Pamungkas dan Dr. Sri Suryaningrum.
Pada proposal penelitian berjudul “Peningkatan Pengembangan dan Pelatihan Wirausaha untuk Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Berbasis Batik Ecoprint” mereka mengajak untuk meningkatkan produktifitas kerajinan ecoprint.
“Kami ingin mengoptimalkan usaha para alumni agar terus berkembang. Apalagi peroduksnya sangat menarik dan memilki prospek bagus.” Kata Noto Pamungkas menjelaskan.
Dengan pembekalan dan pendampingan usaha, kata Noto usaha UMKM diharapkan dapat menembus pasar internasional. (wwj/humas)