» 07 Oktober 2019
» 23 Januari 2019
» 22 Januari 2019
» 22 Februari 2021
» 10 Februari 2021
» 11 Januari 2021
SLEMAN - Selama 4 tahun Qoidul Masa'id menjadi marbut Masjid Nurul Hidayah di Dusun Puluhdadi, Condongcatur, Sleman. Menjadi marbut, kata Masa’id memiliki tugas dan tanggung jawab rutin yaitu menjaga kerapian dan kebersihan masjid, mengumandangkan adzan 5 waktu, menjadi imam, khotib cadangan serta mempersiapkan segala hal untuk kegiatan masjid. Kegiatan tersebut ia bagi dengan kesibukannya kuliah.
“Di Teknik Pertambangan banyak praktikum dan banyak tugas. Saya pernah kena marah warga kampung akibat lalai tugas di masjid karena kesibukan di kampus.” Ujarnya.
Namun semua kesalahpahaman dapat ia atasi dan kembali melaksanakan kewajiban sebagai marbut.
Diceritakan Masa’id selama tinggal di masjid ia tidak merasa kekurangan. Pasalnya warga kampung selalu memberikan perhatian kepadanya.
“Uang saku beasiswa dan upah menjadi marbut yang saya terima kurang dari 1 juta perbulan. Saya harus mengatur agar cukup. Namun setiap saya merasa kekurangan, ada saja warga atau kenalan yang membantu.” Kisahnya.
Ia menceritakan pernah kehabisan uang dan belum makan, tiba-tiba ada warga yang mengirimi makanan. Hal tersebut selalu berulang, bahkan saat dirinya kekurangan uang untuk biaya praktikum atau membeli alat kuliah selalu saja ada yang membantu. Menurutnya hal itu karena berkah yang didapat dari keikhlasan mengurus rumah ibadah.
Kemampuannya membaca Al Qur’an juga merupakan berkah tersendiri baginya. Dengan kemampuannya tersebut terkadang ia diundang menjadi qori suatu acara dan mendapatkan honor.
“Biasanya acara pernikahan saya diundang untuk membaca Al Qur’an. Lumayan untuk menambah uang saku.” Kata anak pertama dari dua bersaudara tersebut. (wwj/humas)