» 07 Oktober 2019
» 23 Januari 2019
» 22 Januari 2019
» 22 Februari 2021
» 10 Februari 2021
» 11 Januari 2021
SLEMAN - Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) dan Singapore Polytechnic (SP) melakukan pengabdian di Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. Mereka berbaur dengan masyarakat untuk memecahkan masalah yang ada di desa tersebut,
Dibalut dalam program Learning Express (LEx), 29 mahasiswa UPNVY berkolaborasi bersama 28 mahasiswa SP selama 10 hari sejak tanggal 30 Maret sampai dengan 9 April 2018. Kerja sama yang dibangun sejak tahun 2014 tersebut makin gencar dilakukan untuk membangun kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan pengabdian masyarakat.
“Mereka dibagi menjadi 3 kelompok. Masing kelompok berisi campuran antaraa mahasiswa UPNVY dan SP. Mereka bekerja bersama – sama.” Kata Kepala UPT Laboratorium Bahasa, Dr. Ir. R.R. Rukmowati Brotodjojo, M.Agr saat ditemui pada rangkaian Gallery Walk di Kampus UPN Condong Catur, Senin (9/4/2018).
Kegiatan ini dilaksanakan dengan pengembangan pembelajaran Design Thinking and Team Bonding. Pembelajaran ini merupakan metode yang berfokus pada penyelesaian masalah yang digali melalui observasi lapangan dan berorientasi pada terciptanya produk atau program.
Rangkaian kegiatan dibagi menjadi enam tahapan yang merupakan tahapan dari metode DT, yakni Sense and Sensibility, Define, Ideation, Prototyping, Co-Creation, dan Gallery Walk.
“Seluruh mahasiswa akan melewati enam tahap yang merupakan tahapan dari design thinking itu sendiri,” jelas Rukmo.
Pada tahapan Sense and Sensibility dan Define, mahasiswa turun ke lapangan lalu bersama masyarakat melakukan rembuk untuk membuat outline dari problem yang tengah dihadapi oleh masyarakat.
Selanjutnya, pada tahapan Ideation dan Prototyping mahasiswa akan kembali ke kampus dan merancang ide dan menciptakan alat yang dapat menuntaskan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Pada proses ini mahasiswa akan mulai berdiskusi secara intensif bersama kelompok masing-masing.
Salah satu kelompok bernama Tim Halimah menciptakan alat bernama Fish Scrather Machine. Alat ini diciptakan untuk menjawab keresahan Ibu Halimah, salah satu masyarakat yang mereka temui. Ibu Halimah adalah seorang petani yang memiliki pekerjaan sambilan sebagai pembuat Abon Ikan. Ia mengaku tidak dapat memproduksi abon dalam jumlah banyak dalam waktu singkat sedangkan permintaan konsumen sangat tinggi. Tanggannya juga sering terluka saat memisahkan daging dengan duri ikan.
Isnatun Khairiah mahasiswa Agribisnis, UPNVY yang juga merupakan salah satu anggota Tim Halimah menyampaikan, alat yang dibuat bersama mahasiswa SP ini sudah disetujui dan sesuai dengan kebutuhan pemilik usaha Abon di Desa Pakembinangun.
“Sebelumnya kami melakukan tahapan Co-Creation yaitu kegiatan mempresentasikan ide atau alat yang sudah diciptakan ke masyarakat di desa observasi. Alat yang kita presentasikan ini sudah dilihat dan disetujui oleh pemilik usaha dan juga perangkat desa. Bahkan beliau sangat senang melihat alat yang kami buat ini,” jelas Isnatun.
Selain Tim Halimah, kedua tim lainnya juga mengahsilkan desain dan kreasi yang menarik. Tim Bapak memamerkan kreasinya melalui alat Rainboo, yaitu sejenis kerangka bambu yang digunakan sebagai pelindung ikan dari ancaman pemangsa. Tim lainnya yaitu Tim Wishful Wahyu membuat maket berupa desain desa wisata. Desain ini mereka susun melihat potensi embung atau mata air yang ada di Pakembinangun untuk menjadi tempat wisata. (wwj/humas)